Sabtu, 18 Juni 22 HMPS Sejarah Peradabdan Islam mengadakan agenda yaitu History Tour. Agenda History Tour kali ini membawakan tema “Menguak Tabir Peradaban Jawa”. Pada History Tour ini HMPS Sejarah peradaban Islam berkujung ke Mojokerto dan Kediri yang menyimpan banyak kisah sejarah. History Tour ini diikuti oleh mahasiswa Sejarah Peradaban Islam khususnya semester 4 dengan jumlah peserta kurang lebih 120 mahasiswa Sejarah Peradaban Islam. Titik kumpul keberangkatan history Tour berada di kampus UIN SATU pada pukul 06.00 pagi dengan menggunakan transportasi Bus.
Kunjungan pertama yaitu Mojokerto tepatnya pada museum Trowulan. Di sini Drs. Dwi Cahyono M. Hum. menjelaskan beberapa detail bangunan arca arca dan tempat air suci yang digunakan orang dahulu untuk kegiatan sakral pada masa kerajaan Majapahit. Beberapa arca yang dijelaskan oleh Pak Dwi adalah Arca Gajah Asura, Arca Sri (dewi kesuburan), Arca Laksmi, Arca Kendedes, dan air keabadian segara.
Dilanjutkan kunjungan yang kedua yakni petirtaan tikus atau dikenal dengan Candi Tikus. Petirtaan ini disebut Candi Tikus karena awalnya merupakan sarang tikus. Terletak di Dusun Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini adalah patirtaan air suci yang ditemukan pada tahun 1470-an dan pertama kali ditampakkan pada tahun 1914 atas prakarsa R.A.A.Kromodjojo Adinegoro dengan arsitektur yang menggambarkan gunung suci dan sungai suci. Petirtaan ini dulunya digunakan sebagai media sakralisasi dan irigasi.
Kujungan ketiga yakni di Candi Bajang Ratu yang terletak di Dusun Keraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs padhuraka gapura agung bajang ratu ini seperti yang di jelaskan oleh Pak Dwi Cahyono M. Hum. yaitu konon Gapura Bajang Ratu dibangun untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara pada tahun 1328 M. Kemudian pada tahun 1989 hingga 1992 M dilakukan pemugaran.
Kunjungan sejarah yang ke empat yakni Situs Troloyo berada di desa Sentonorejo. Terdapat makam atau masjid yang ada sejak zaman islam Majapahit. Makam makam islam di tandai dengan bentuk surya surya Majapahit dan terdapat angka tahun saka dan tulisan menggunakan aksara Jawa. Nisan depan dan belakang terdapat atribut Arab. Kunjungan pun sampai malam dan Pak Dwi tidak menghendaki satu tujuan yakni kompleks makam putri champa dan pada akhirnya langsung menuju Kediri yaitu setono gedung.
Kunjungan yang ke lima sekaligus kunjungan merupakan kunjungan yang terakhir yaitu Situs Setono Gedong. Tempat ini terletak di bagian timur sungai Brantas yaitu di Kelurahan Setonogedong, Kota Kediri, tepatnya berada di belakang Masjid Aulia Setono Gedong. Disini terdapat makam salah satu tokoh penyebar Islam di Kediri yaitu Syekh Wasil Syamsudin yang terkenal dengan sebutan Mbah Wasil. Di area makam terdapat dua gapura yang rendah, gapura rendah ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan karena ketika ingin masuk pasti menundukkan kepala. Dulu awalnya di sini banyak situs Budha tetapi setelah Syekh Wasil datang berubah menjadi situs Islam. HMPS SPI