Himpunan mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam pada Sabtu 23 Maret 2019 mengadakan kegiatan Lawatan Sejarah dan Sarasehan di Majan, Tulungagung. Acara ini bekerjasama dengan pihak Majan dan dilaksanakan di Masjid Majan. Di Masjid Majan itulah menjadi saksi sejarah bahwa Islam disebarkan dengan damai di Tulungagung. Gerbang masjidnya terbuat dari batu bata merah yang disusun hingga berbentuk pintu masuk khas Kesultanan Mataram. Pendiri desa ini adalah Raden KH Khasan Mimbar, yang masih terhitung sebagai keluarga Kesultanan Mataram Islam saat dipimpin oleh Sri Susuhunan Pakubuwono II di Kartasura.
Kegiatan ini mengusung tema “Masjid Al Mimbar Bumi Kamardikan Majan” dengan tujuan memperkenalkan terhadap mahasiswa sejarah, bahwa bukti adanya tempat islamisasi pertama dan bersejarah bagi pembabat, penyebar bagi Islam di Tulungagung. Perdikan Majan saat itu diberikan kebebasan untuk tidak membayar pajak kepada Hindia Belanda karena masih punya jejak historis dengan Mataram. Di belakang masjid Majan ada makam yang dikhususkan untuk pendahulu yang sudah menyebarkan islam di Tulungagung.
Bukti kuat jika Tanah Perdikan Majan punya posisi penting di pemerintahan Kadipaten Ngrowo, yaitu beberapa Bupati Ngrowo dimakamkan di sini. Di antaranya adalah R.M.T. Pringgodiningrat (Bupati keempat), R.M.T. Djajadiningrat (Bupati kelima), R.M.T. Pringgokoesomo (Bupati kesepuluh), dan Kanjeng Pangeran Haryo Kusumo Yudho (Patih ke-III Kesultanan Yogyakarta), dan makam keluarga lainnya yang masih terhitung kerabat kerajaan.