Sabtu, 23 Oktober 2021, HMJ Sejarah Peradaban Islam melaksanakan diskusi mingguannya dengan mengambil tema Hari Santri: Patriotisme Kaum Sarungan Tonggak Persatuan Bangsa. Diskusi ini dipantik oleh Akhmad Faizin mahasiswa SPI semester 3 dan moderator oleh M. Farid Alhabsy mahasiswa SPI semester 3. Diskusi ini bertempat di warung kopi Bagong yang berlokasi di sekitar area kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
Dalam diskusi Faizin menjelaskan bahwa berbicara patriotism kaum sarungan tak lepas dari peran para santri pada peristiwa 10 November. Patriotisme diartikan sebagai kepdulian terhadap bangsa dan Negara dan mampu mengorbankan segalanya terhadap kemerdekaan yang independen. Para santri terlibat dalam hal tersebut yang kemudian ditandai dengam adanya Resolusi Jihad. Resolusi Jihad berisi tentang kewajiban membela tanah air. KH. Hasyi Asyari terangnya dalam Resolusi Jihad bahwa yang berada dalam jarak 90 km dari Surabaya maka hukumnya wajib ain untuk membela tanah Surabaya yang dikuasai penjajah. Kemudian yang berada di luar 90 km humkumnya wajib kifayah.
KH. Hasyim Asyari juga membentuk lascar-laskar. Pertama, mereka yang hanya berjuang di jalan Allah. Kedua, yang berisi wanita-wanita. Ketiga, yaitu mereka yang berani mati di jalan Allah. Pertempuran tersebut sempat diprediksi akan berlangsung selama 3 hari. Namun prediksi tersebut salah, karena ertempuran itu hampir selama 1 bulan. Resolusi Jihad juga tak lepas dari KH. Abbas Buntet. Dicerotakan bahwa sebelum KH. Abbas datang ke surabay, dilarang untuk mencetuskan fatwa jihad. Karena KH. Abbas mempunyai pasukan (santri) yang banyak. Sehingga dengan hadirnya KH. Abbas akan menambah pasukan perlawanan.
Kemudian ada pertanyaan dari salah satu audien online, yaitu mengapa hari santri identik dengan salah satu ormas Islam, padahal santri merupakan simbol perlawanan. Forum mendiskusikan bahwa karena Resolusi Jihad dikemukakan oleh KH. Hasyim Asyari yang notabene salah satu ormas Islam. Tapi perlu diketahui bahwa perayaan hari santri juga tidak hanya dilakukan oleh satu ormas tertentu, melainkan beberapa ormas juga ikut melakasanakan peringatan hari Santri.
Kemudian diskusi dilanjut dengan tanya jawab. Kemudian di akhir diskusi, pemantik memebrikan closing statement. “Patriotisme tidak bisa dilepaskan dari peran para santri pada pertempuran Surabaya, di mana para santri memperjuangkan jiwa raganya sampai mati terbunuh saking banyaknya.