10 November 2020, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah peradaban Islam mengadakan kembali agenda diskusi rutinannya. Diskusi kali ini mengundang seorang pemantik dari mahasiswa SPI semester 7, David Setya Pambudi, dengan dimoderatori oleh mahasiswa semester 3, M. Syafi’ul Fajar, dan dengan mengangkat tema Hari Pahlawan: Pahlwan atau Pemberobtak Berotak. diskusi ini dilaksanakan dengan faring dan luring, di Billkop Cafe dan live via Google Meet dan live Instagram @spi_iain_tulungagung.
Fajar selaku moderator memberikan sebuah pengantar bahwasanya dikusi ini akan merefleksikan tentang peristiwa 10 November yang diperingati sebagai hari Pahlawan. Apakah mereka yang berjuang pada saat itu adalah seorang pahlawan, ataukah pemberontak yang ingin memerdekakan dirinya.
David menjelaskan mengenai tema bahwa ketika bicara tentang pahlawan, kita bangsa Indonesia akan menyebut mereka yang berjuang melawan para penjajah dengan sebutan pahlawan. Sedang pemberontak adalah identik dengan eorang yang melawan pemerintahan. Sebelum peristiwa 10 November, Bung Tomo mendidirikan sebuah laskar yang disebut dengan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia.
Sebelum pertempuran ini pecah dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para pemuda Surabaya saat itu sudah punya semangat mepertahankan kemedekaan Indonesia, mulai dari kalangan rakyat, desa, kampung dll. sampai-sampai mereka berani melucuti senjata-senjata di gudang-gudang milik Jepang. Hingga dari para pemuda tersebut muncullah slogan merdeka atau mati.
Ketika Jepang kalah dengan Sekutu, Arek-arek Suroboyo teah membentuk lembaga-lembaga termasuk meberitakan bahwa kita ini sudah merdeka. Sedang dari pihak Sekutu ingin melucuti persenjataan milik Jepang di Surabaya. Di situ arek arek Suroboyo menggencarkan pengibaran bendera Merah Putih di mana-mana.
Saat itu arek arek Suroboyo sudah curiga mengapa ada tentara Sekutu mendarat di Surabaya. Sehingga para pemuda saat itu sudah waspada terhadap pasukan Sekutu. Kecurigaan tersebut bertambah ketika Sekutu melanggar perjanjian yang dibuat sebelum Sekutu datang ke Surabaya. Dari situ, para pemuda sudah mempersipkan diri akan adanya pertempuran dengan persenjataan. Sehingga meletuslah peristiwa 10 November dengan tewasnya Mallaby.
Lalu muncullah pertanyaan dari salah satu peserta mengenai orang yang berjuang mempertahankan kemerdekaan, disebut pahlawan atau pemberontak. David menjawab bahwa sejarah adalah milik pemenang. Ketika dilihat dari sudut pandang penjajah, maka mereka yang mepertahankan kemerdekaan disebut dengan pemberontak. Namun ketika dilihat dari sudut pandang kita sebagai bangsa Indonesia, maka mereka yang mempertahankan kemerdekaan disebut pahlawan. Jadi, ketika melihat hal ini kita harus melihat sudut pandang dari mana.
Lalu menegnai seseorang disebut pahlawan atau pemberontak, David mengatakan bahwa pahlawan adalah orang yang mempunyai jasa, manfaat atau impact masyarakat luas. Sedang pemberontak menurut Fajar pemberontak adalah orang yang mengacau dan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Kemudian sekiranya diskusi telah dirasa cukup, ditutuplah diskusi dengan closing statement dari David. “Jangan tunduk pada peraturan-peraturan yang tidak mensejahterakan kalian sendiri.”
HMJ SPI 10-11-2020