31 Juli 2022, HMPS SPI menyelenggarakan kegiatan DISWARA yang berkolaborasi dengan UIN Salatiga, bertema “Pembentukan Diferensiasi Sosial Dan Moril Dari Perpolitikan Kolonial”. Hari ini kita ditemani oleh saudara Muh Alima’sum Syarief Jurusan SPI dari UIN Salatiga sebagai pemantik, saudara Mohammad Sirojul Akbar Jurusan SPI dari UIN SATU Tulungagung sebagai pembanding, dan saudara Muhammad Farid Al Habsy jurusan SPI dari UIN SATU Tulungagung. Diskusi ini dilaksanakan secara daring yaitu melalui google meet, dan dihadiri peserta dari UIN SATU Tulungagung dan UIN Salatiga. Selanjutnya kita membahas diswara ini agar para pembaca setia artikel ini dapat memahami dan menambah wawasan pada diskusi hari ini.
Diswara kali ini akan membahas tentang definisi politik yang dikemukakan oleh para tokoh pada masa kolonial. Menurut Filsuf Yunani kuno abad ke 5-SM, seperti Plato dan Aristoteles menganggap poltik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Dan menurut Peter Merkl, Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha untuk mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan.
Poin kedua berisi tentang transformasi pemerintahan VOC ke kolonial Belanda. Pertama berisikan Peralihan Pemerintahan dari VOC ke kolonial Belanda, yang pada saat itu Belanda sangat bergantung terhadap pemasukan impor perak dari VOC yang mengalami hambatan yang di blokade oleh Inggris di Eropa serta pergolakan politik berupa perluasan revolusi Perancis oleh Napoleon Bonaparte sehingga jajahan Belanda di ambil oleh Perancis.
Poin ketiga tentang korupsi yang dilakukan pejabat VOC. Dalam meraup keuntungan VOC tidak mengimbangi dengan moral pejabat tinggi VOC, terjadi korupsi di berbagai tingkatan pejabat VOC. Meskipun pendapatannya besar tetapi akibat dari korupsi tersebut imbasnya turut mengurangi kas pemasukan Belanda, sehingga VOC dibubarkan 31 Desember 1799 dan digantikan oleh Belanda.
Adapun kebijakan yang dilakukan VOC seperti Hak Octroi (hak istimewa), Verplichhte Leverantie, Contingenten, dan Ekstripasi. Dan terdapat dampak positif dan negatif monopoli perdagangan VOC. Selanjutnya membahas tentang kebijakan para tokoh VOC seperti Herman Willem Dandels, Sir Thomas Stamford Bingley Raffles, Johannes Van Den Bosch.
Poin keempat membahas mengenai latar belakang undang-undang Agraria, dikarenakan kebijakan sebelumnya yang diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman ekspor dan pemberdayaan petani, justru menyengsarakan rakyat, dari situ muncullah tokoh-tokoh seperti Eduard Douwes Dekker yang menentang kebijakan tanam paksa. Karena banyaknya penderitaan yang dirasakan oleh rakyat akibat penerapan tanam paksa membuat banyaknya kritik dan gerakan yang dilancarkan untuk menghapus sistem tanam paksa tersebut.
Dirasa sudah cukup untuk menutup diswara collabs bersama UIN Salatiga dan berakhir dengan sesi tanya jawab dengan para peserta diswara. Dan terimakasih kepada para pembaca yang sudah menunggu artikel ini dan sampai jumpa di acara DISWARA selanjutnya nanti bersama HMPS UIN SATU Tulungagung.