Kudus dengan Ragam yang Tak Hangus

18 april 2022, Sudah lama HMPS SPI tidak melakukan DISWARA kembali, mungkin ada satu bulan dari DISWARA kemarin. Mari kita kembali ke pembahasan diswara kali ini yang bertema “Kudus dengan ragam yang tak hangus”. Hari ini kita di temani oleh moderator kita Lana Faizatussulaimah dari jurusan SPI dan pemantik kita yaitu M. Bahruddin dari jurusan SPI. Diskusi ini dilaksanakan secara daring dan luring, di cafe Sudut Pandang dan disiarkan melalui media resmi Instagram @spi_uinsatu_tulungagung. Selanjutnya kita bahas sekilas DISWARA ini agar kalian para pembaca sedikit memahami dan menambah wawasan pada diskusi kali ini.

Jadi kenapa sih mereka mengambil tema Kudus dengan ragam yang tak hangus karena kita melakukakan diswara ini bertepatan dengan bulan Ramadhan jadi kita mengusung tema islami.

M.Bahruddin mengatakan “jadi kita akan membahas sejarahnya dulu, di mulai dari geografisnya. Kudus terletak di Jawa tengah tepatnya di samping timur muria dan sangat berdekatan dengan selat muria. Dahulu kala kudus itu Bernama loran dan loran tersebut adalah kota hindu atau budha atau pusat dari agama hindu dan budha pada masa itu sebelum di masuki oleh sunan kudus. Setelah sunan kudus masuk dengan wacana akulturasi islam atau biasa disebut sinkreatisme. Sunan kudus membawa ajaran islam dan di padukan bersama agama hindu budha yang saat itu warga local yang masih memegang teguh ajaran hindu dan budha.”

Silsilah sunan kudus itu dari palestina, dan ia mempunyai keturunan dengan demak. Sunan kudus membawa ajaran islam di kudus dengan cara mendirikan masjid Menara kudus. Awal mula sunan kudus mendirikan masjid di daerah loran karena sunan kudus di mintai tolong oleh pemimpin palestina yang saat itu palestina dilanda wabah penyakit. Wabah penyakit tersebut dokter atau tabib yang berada di sana belum bisa menyembuhkan penyakit tersebut.

Pada saat itu sunan kudus di dapati atau dimintai pertolongan menyembuhkan wabah tersebut. Setelah selang beberapa waktu sunan kudus sukses menyembuhkan wabah penyakit tersebut. Lalu sunan kudus di beri imbalan atau hadiah di palestina, berhubung sunan kudus ini sudah lama berada di jawa maka sunan kudus memilih hadiah tanah tersebut di letakkan di jawa yang berada di daerah loran. Bentuk arsitektur Masjid Menara kudus itu juga modernisasi dari islam karena bentuk kubah dan struktur masjid itu mirip dengan masjidil aqsa.

Moderator Lana bertanya “ itu kan ada menaranya, bagaimana bisa bercorak hindu budha sampai bisa di bangun di sebelah masjid”.

Pemantik bahruddin menjawab “Menara ini bukan semena-mena di bangun oleh sunan kudus tetapi, sebelum sunan kudus masuk Menara tersebut sudah ada. Ada beberapa versi, ada versi yang mengatakan bahwa sebelum sunan kudus dan ada yang mengatakan Menara tersebut di bangun oleh sunan kudus. Ada bukti konkrit, di salah satu batu bata Menara kudus terdapat inkripsi yang menyebutkan angka tahun dan lainnya, nah itu menyebutkan Menara tersebut di bangun lebih dulu dari pada masjid.

Ada filosofi yang ada di Menara kudus ini mungkin bisa merujuk ke filosofi candi jago soalnya Menara kudus ini identic dengan masa kerajaan singosari dan kemiripan ini seperti candi jago. Terdapat bangunan lawang kembar yang terdapat di area masjid guna untuk mencegah orang yang mau berbuat jahat di masjid tersebut.

Berikut adalah review singkat mengenai diswara kali ini. Dirasa sudah cukup dan waktu sudah cukup untuk mengakhiri diswara kali ini, moderator menutup diswara tersebut dan berakhir dengan bincang santai dengan para peserta diswara. Nb: Diskusi bisa disaksikan ulang di Insagram TV @spi_uinsatu_tulungagung.