Sabtu, 12 Juni 2021 HMJ SPI kembali melaksanakan diskuis rutinannya, Diswara, untuk ke sekian kalinya yang bertempat di Bagong Coffee Shop. Pada kesempatan kali ini membahas tema Wacana Lokalitas: Sejarah Islam di Tulungagung, yang dipantik oleh Ibnu Cahyo yang merupakan wakil ketua himpunan mahasiswa jurusan periode 2019-2020 dan dimoderatori oleh M. Thonthowi Jauhari, anggota divisi Reforkasi.
Cahyo menjelaskan bahwa ketika membicarakan sejarah suatu wilayah berarti membicarakan micro historis. Jadi pembahasannya lebih terfokus di Ngrowo yang dikatakan sebagai asal muasal Tulungagung. Sebenarnya masih menjadi pertentangan terkait dengan siapa pembawa Islam di Tulungagung.
Di Tulungagung sendiri banyak ditemukan tokoh-tokoh penyebar Islam. Uniknya makam tersebut masih menggunakan system perundak. Missal makam Syekh Basyarudin yang ada di Kauman sama seperti makam yang ada di Yogyakarta. Karena secara filosofi Hindu-Budha, semakin tinggi tempat maka itu semakin suci.
Kemudian banyak sumber terkait siapa pembawa Islam di Ngrowo. Versi pertama adalah di Majan, Mbah Hasan Mimbar. Versi ini tidak mengatakan kapan tepatnya Mbah Hasan Mimbar ini masuk ke wilayah Majan. Hanya saja dia itu diberi mandate oleh Paku Buwono (PB) II untuk menyebarkan Islam dan menjadi penghulu. Karena dulu di wilayah Ngrowo, penghulu pertamanya adalah Mbah Hasan Mimbar. Mandat ini tidak langsung disamapikan oleh PB II, melainkan oleh bupati pertama Tulungagung.
Versi kedua adalah versi Tawangsari, KH Abu Mansur. Dikatakan KH. Abu Mansur masuk ke Tulungagung pada tahun 1724an. Dia juga putera dari Amangkurat IV dan keturunan kedelapan dari Hamengku Buwono I.
Selanjutnya versi ketiga. Dalam versi ini mengatakan bahwa Abu Mansur masuk ke Ngrowo dan mempunyai anak angkat bernama Hasan Mimbar. Karena jasanya menyebarkan Islam di Ngrowo, ia diberi gelar Diponegoro.
Kemudian versi keempat mengatakan bahwa KH. Abu Mansur belajar di pesantren Tegalsari. Lalu diutuslah KH. Abu Mansur selain untuk menyebarkan islam, juga untuk menyumbat sumber yang ada di alun-alun kota Tulungagung.
Ada juga versi lain, yaitu Syekh Basyarudin yang dikatakan sebagai pengajar ajaran Islam di Tulungagung yang makamnya di daerah Kauman. Ketika melihat daerah Kauman sendiri menurut sejarah lebih dahulu dengan daerah Ngrowo. Masa hidup dari Syekh Basyarudin menurut sumber lain sezaman dengan KH. Hasan Besari dan PB II. Menurut hemat Cahyo, jika Kauman adalah peradaban yang lebih kuno, harusnya Ngrowo sudah terislamkan sebelumnya.
Selengkapnya cek Instagram @spi_uinsatu_tulungagung