Senin, 26 April 2021 HMJ SPI kembali mengadakan diskusi rutinannya, Diswara untuku kali keempat. Diskusi ini mengambil tema Seputar Masuknya Belanda Ke Nusantara. Diskusi ini dipantik oleh Khamim Jazuli mahasiswa SPI semester 6 dan dimoderatori oleh M. Bahruddin, CO divisi Laksita HMJ SPI.
Dalam diskusi, Khamim menjelaskan pada dasarnya, kedatangan orang Belanda ke Nusantara merupakan determeninasi dari apa yang terjadi di Eropa pada waktu itu, di mana pedagang-pedagang Eropa yang hendak membeli rempah harus pergi ke Portugal. Karena hanya kerajaan Spanyol dan Portugal-lah yang menjual rempah-rempah ke pasaran Eropa, sebab kedua bangsa ini mengetahui jalur rahasia ke dunia timur yang merupakan negri rempah-rempah itu berasal.
Pedagang dari Belanda dahulu biasa membeli rempah-rempah ke Lisbon, Portugal. Akan tetapi pada tahun 1568, orang-orang Belanda saat itu mengobarkan pemberontakan kepada penjajah Spanyol (sebab Belanda masih bagian dari koloni Habsburg Spanyol) akan menjadi problem ketika hendak berniaga ke Portugal, sebab Spanyol dan Portugal pada waktu itu bersatu dalam satu konfederasi yang dikenal dengan Uni Iberia.
Dari kondisi yang sulit ini, orang-orang Belanda mencari alternative lain, yakni dengan mencari jalur rahasia ke Hindia Timur yang masih disembunyikan oleh Portugal. Mereka mencari peta ke Portugal dengan menyamar sebagai pedangang, setelah berhasil menuntaskan misi, pedagang Portugal sesegera mungkin berlayar ke Hindia Timur pada tahun 1595 yang dipimpin oleh Cournelis de Houtman, setelah perjalanan panjang mengitari Afrika dan berlayar ke timur India, hingga akhirnya pelaut Belanda berhasil mendarat di Banten pada 1596.
Setibanya di Banten, Houtman dkk diusir karena sikap mereka yang arogan.
Pada ekspedisi kedua, pedagang Belanda dipimpin oleh Jacobus Cornelius Van Heck pada 1597, yang sempat karam di Tanjung Harapan, namun mereka sukses mendarat di Maluku pada 1598, sepulang dari Hindia Timur, rombongan Van Heck kembali ke Republik Batavia dengan membawa rempah-rempah.
Jaminan dalam system kredit.
Di Eropa, semenjak peperangan panjang panjang antara Habsburg Spanyol dengan tanah jajahannya yakni Belanda, pemerintah Republik Batavia memberikan proteksi hukum kepada perusahaan maupun investor, Sistem ini memungkinan para investor untuk memberikan kredit kepada perusahaan dengan aman, maksutnya ketika investor hendak menanamkan modalnya kepada perusahaan, para investor tidak perlu khawatir karena dalam transaksi kredit tersebut, ada jaminan yang harus diberikan oleh pihak peminjam (perusahaan) jikalau perusahaan tidak sanggup melunasi hutang.
Modal dari investor ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para pedagang untuk membangun kapal, merekurt tentara dan membeli senjata dengan tujuan untuk menguasai trading post di seluruh jalur perdagangan dunia. Jika beberapa jalur perdagangan berhasil dimonopoli oleh pedagang Belanda, disitulah perusahaan swasta mendapatkan nilai laba yang sangat besar, sekaligus membuat perusahaan mampu melunasi kredit plus bunga kepada investor dalam tempo waktu yang tepat. Kondisi inilah yang membuat para investor semakin percaya terhadap perusahaan Belanda.
Kumpulan dari berbagai kongsi ini mencapai puncaknya dengan berdirinya VOC, pada dasarnya VOC merupakan sebuah kongsi dagang yang terdiri dar 6 perusahaan kecil, dan dipegang oleh 13 stockholder (semacam pemegang saham). Berdirinya VOC juga tidak terlepas pada posisi Belanda yang sangat sulit pada waktu itu, karena Belanda harus bersaing dengan EIC (Perusahaan Hindia Timur Inggris), Imperium Prancis, Spanyol, Portugal dan Denmark di sebrang laut, sehingga memaksa pemerintah Republik Batavia memberikan hak octroi kepada VOC, sekaligus membiayai perang di dalam negri dalam menghadapi perang melawan penjajah Spanyol.
Sekitar 1602, VOC mendarat di Maluku, setibanya disana kebetulan mereka bertemu dengan Portugis, Dalam upaya untuk memonopoli jalur perdagangan dan menguasai tanah dari negri penghasil rempah, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada beberapa strategi yang dilakukan oleh VOC yakni.
– Agresi Militer secara langsung
– Devide de Impera
– Persekutuan dengan penguasa local
– Hubungan diplomatic.
Di sini saya tidak memberikan penjabaran secara kronologis tentang perkembangan VOC, melainkan strategi apa saja yang digunakan oleh VOC dalam upaya memonopoli jalur perdagangan.
Pertama, Agresi secara langsung
Devide de Impera
Politik adu domba merupakan metode yang sedikit lebih murah ketimbang harus melakukan agresi secara langsung, cara ini biasanya dilakukan oleh VOC ketika terdapat konflik internal di sebuah kerajaan local, sehingga bermunculan faksi-faksi yang saling bertikai untuk memperebutkan tahta. VOC memanfaatkan situasi ini untuk mengintervensi kerajaan local dengan bersektu dengan salah satu faksi. Ketika tujuan antar kedua belah pihak berjalan sukses, VOC meminta pihak kerajaan untuk memberinya hak monopoli pasar.
Sebagai contoh konflik di Kerajaan Mataram yang berakhir dengan perjanjian Giyanti (1755), yang tidak bisa lepas dari intrik VOC.
Persekutuan dengan penguasa local
Persekutuan ini sedikit memakan biaya, lebih mahal jika dibandingkan teknik devide de impera, namun lebih murah jika dibandingkan dengan cara agresi total, persekutuan ini biasanya dilandasi oleh keinginan dari penguasa dari kerajaan local A untuk menyerbu kerajaan local B, atau mungkin dari pihak VOC sendir yang diundang oleh penguasa local demi mengusir penjajah dari negara lain. Sebagai contoh Kesultanan Ternate yang meminta VOC untuk mengusir Spanyol, namun jika berhasil, VOC meminta perjanjian dengan Ternate untuk memonopoli pasar dari kawasan tersebut.
Hubungan Diplomatik.
Hubungan diplomatic ini hanya terjadi jikalau VOC bertemu dengan Kerajaan-kerajaan besar yang tidak sanggup mereka hadapi, seperti Dinasti Ming dan Keshogunan Tokugawa, VOC hanya menyewa kota pinggiran pantai yang biasa menjadi jalur transit, sebagai contoh di Kanton (China) dan Dejima (Jepang). VOC memanfaatkan kota sewaan tersebut untuk menjual beberapa barangnya kepada penduduk local dan berfungsi sebagai lokasi persinggahan kapal-kapal VOC.
Diskusi kemudian dilanjut tanya jawab. Dan kemudian diakhiri dan dilanjut dengan diskusi kecil-kecilan
Nb: diskusi bisa disaksikan ulang di @spi_uinsatu_tulungagung