Supersemar dalam Kacamata Soekarno

19 Maret 2022, HMPS SPI mengadakan DISWARA (Diskusi Mahasiswa Sejarah) kembali yang bertema Supersemar dalam Kacamata Soekarno. Hari ini kita di temani oleh moderator Syafirda Ayatul Husna dari jurusan SPI dan pemantik kita yaitu Panji Setyo Nugroho dari jurusan SPI (Sejarah Peradaban Islam). Diskusi ini dilaksanakan secara daring dan luring, di cafe Sudut Pandang dan disiarkan melalui media resmi Instagram @spi_uinsatu_tulungagung. Selanjutnya kita bahas sekilas diswara ini agar kalian para pembaca sedikit memahami dan menambah wawasan pada diskusi kali ini.

Sebelumnya saya mewancarai salah satu panitia diswara ini yaitu Ahmad Fauzan, mengatakan bahwa alasan mengambil tema ini adalah sebelum diswara dilaksanakan pada tanggal 19 maret, saya fikir mengambil ide dari peristiwa terdekatnya dari tanggal 19 adalah peristiwa Supersemar karena menandai perubahan politik di Indonesia. karena yang diminta kajian tokoh menurut saya concern ke Soekarno karena disatu sisi populer tokohnya namun tidak dengan keberadaannya saat terjadi Supersemar yang seakan lenyap. Dan mari kita lanjut sedikit materi yang di sampaikan dalam diswara ini.

Syafirda Ayatul Husna yang selaku moderator diswara ini mengatakan bahwa “Super semar (surat perintah 11 maret) pada tanggal 11 maret 1966 adalah masa peralihan dari masa orde lama ke masa orde baru. Mengingat begtu kontroversinya supersemar kita hari ini akan membahasnya, karena banyak sekali penyimpangan yang telah soeharto lakukan kepada soekarno dan masih banyak lagi kontroversinya.”

panji Setyo Nugroho mengatakan bahwa “memang benar banyak sekali kontroversinya, yang menarik dalam super semar ini “ada atau tidak super semar itu? Karena super semar itu kan surat, surat perintah dari soekarno yang memerintahkan soeharto. Sebuah surat tentunyakan harus di arsipkan, menariknya super semar ini tidak ada arsipnya. Dan yang di simpan di ANRI itu terdapat 3 versi, dan setelah di riset ketiganya itu bukanlah yang asli. Lalu super semar ini sebenarnya apa?”

Dalam kacamata soekarno ini kita akan mengulas bagaimana latar belakang super semar ini lahir. Kalau kita menarik kebelakang, ada peristiwa besar yang kita kenal G30s PKI. G30s PKI ini sangat berkaitan. Seiring berjalannya waktu ada banyak peristiwa yang mendasari peristiwa super semar ini. Salah satunya demo mahasiswa tanggal 11 maret 1966 yang menuntut tritura (tiga tuntutan rakyat) yang pertama yaitu membubarkan PKI, membersihkan kabinet soekarno dari sisa-sisa PKI, dan menuntut penurunan harga.

Salah satu kontroversi mengatakan bahwa, ketiga 3 orang yang di suruh soeharto ini keluar mendapatkan surat dan membacanya, amir ma’ruf ini menafsirkan bahwa ini berarti pemindahan kekuasaan, jadi bisa saja dari penafsiran amir ma’ruf bisa menimbulkan orde lama dan orde baru.

Namun apa yang dilakukan Soeharto setelah keluarnya surat ini, Soekarno pernah melakukan pembelaannya pada pidato kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1966. Mengatakan bahwa Supersemar itu bukanlah pengalihan kekuasaan, melainkan surat mandat untuk mengamankan wibawa presiden dan juga ajaran-ajarannya dan apapun yang dilakukan itu harus dilaporkan kepada Soekarno. Nah itu yang tidak di publikasikan oleh Soeharto.

Berikut adalah review singkat mengenai diswara kali ini. Dirasa sudah cukup dan waktu sudah cukup untuk mengakhiri diswara kali ini, moderator menutup diswara tersebut dan berakhir dengan bincang santai dengan para peserta diswara.

Nb: Diskusi bisa disaksikan ulang di Insagram TV @spi_uinsatu_tulungagung