Islam Tulungagung; Akar Sejarah hingga Penyebarannya

Jum`at, 29 Oktober 2021, HMJ Sejarah Peradaban Islam melaksanakan kegiatan kedua dari serangkaian Historia Fest. Acara ini bertajuk Coffee History dengan mengangkat tema IslamTulungagung: Akar Sejarah hingga Penyebarannya, yang turut menghadirkan Abdillah Subhin yang akrab disapa Gus Dillah, dari Keaton Dipanegaran Tawangsari dan Agung Pinastika, pegiat komunitas sejarah Asta Gayatri Tulungagung, serta Ahmad Fahrur Rozi selaku moderator dari mahasiswa SPI. Acara ini dimulai pada jam 18.00 bertempat di kedai kopi Sudut Pandang dan diawali dengan iringan music ari Fuad Music.

Dalam pemaparan Agung, bahwa Islam di Tulungagung bisa dilacak melalui beberapa situs, yang di antaranya dan paling tua adalah situs Astana Gedong dengan tahun sekitar 1548 M. Hal itu didukung dengan tempat situs yang tak jauh dari pertemuan sungai Brantas dan sungai Ngrowo, mengingat bahwa peradaban selalu mendekati sungai dan sungai merupakan instrument transportasi yang efektif pada saat itu.

Kemudian Gus Dillah menambahkan terkait dengan Tawangsari sebagai salah satu penyebaran Islam di Tulungagung. Tawangsari merupakan Kedaton Dipanegaran dengan tokoh sentral KH. Abu Mansur yang masih erat kaitannya dengan Mataram Islam. Kemudian Gus Dillah menjelaskan hubungan antara Mataram, Kartasura, Yogyakarta, Surakarta dan Tawangsari.

Perdiskusian kemudian dilanjut tanya jawab dari audien. dan diakhiri pada sekitar jam 22.00 dengan alunan musik dari Fuad Music.