SUSUR PERADABAN: Potret dan Rekam, Pintu Awal Menuju Museum Virtual Lokal

Pandemi Covid-19 membuat perubahan besar dalam struktur sosial masyarkat. Kebiasaan-kebiasaan baru muncul sebagai bentuk negosiasi manusia dengan situasi saat ini. Komunikasi langsung sebagai syarat interaksi sosial dimodifikasi menjadi virtual sebagai konsekuensi dari mencegah penularan pandemi. Ruang-ruang ekonomi klasik berganti menjadi virtual dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kebiasaan baru masyarakat untuk berdiam diri di rumah menjadi dasar bagi produsen untuk menawarkan barang produksinya dengan metode dan media baru. Argumentasi ini yang menjadi landasan Jurusan SPI memberikan layanan edukasi bagi masyarakat secara virtual terkait wawasan ke-Sejarahan.

Untuk mewujudkan rencana tersebut di mulai dengan kegiatan heurstik pada minggu, 29 Agustus 2021. Stupa Dadi menjadi lokasi pertama proses perekaman cagar budaya, karena dari hasil meeting internal sudah diputuskan bahwa perekaman di mulai dari peninggalan Hindu-Budha. Sepanjang perjalanan di bukit Walikukun, tim peneliti jurusan SPI merekonstruksi gambar, ukuran, dan narasi yang tersirat dalam peninggalan di sepanjang bukit Walikukun. Menurut, Faizun (Kajur SPI) kegiatan merekonstruksi merupakan langkah awal untuk mengklasifikasi sumber sejarah. Kegiatan ini nantinya mempermudah menyusun kronologisasi dalam penetapan perodisasi di Museum Virtual. Kegiatan di Stupa Dadi di akhiri sore hari dengan mendiskusikan fungsi dari cagar buday tersebut.

Berselang 2 minggu setelah heuristik di Stupa dadi tepatnya minggu 12 September 2021, seri kedua heuristik dilanjutkan ke Goa Selomangleng dan Goa Pasir. Hendra Afiyanto (dosen Sejarah SPI) mengatakan bahwa pemilihan lokasi ini karena dari dua peninggalan goa ini ada kesamaan relief terkait Arjuna Wiwaha yang kemungkinan memiliki fungsi dan meaning yang sama. Kegiatan di awali pagi hari dengan berjalan kaki melewati hutan bambu. Di lokasi peninggalan tersebut, tim peneliti SPI langsung bekerja sesuai prosedur yang sudah dimufakatkan dalam meeting. Beberapa tim mengukur dimensi goa dan tim lainnya mendokumentasikan relief di tiap dinding goa. Di beberapa kesempatan di sisipi diskusi kecil perihal masa apa goa ini dibuat, siapa dan untuk siapa goa dibuat, mengapa goa bukan candi, dll. Tentunya sore hari di akhir sesi dilakukan kegiatan bersih-bersih peninggalan dan foto bersama sebagai memori kolektif tim peneliti SPI.-kndr11-