Teori-Teori Masuknya Islam di Nusantara

Sabtu, 13 Maret 2021, Himpunan Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam memulai kembali agenda rutinnya, yaitu diskusi mingguan Diswara (Diskusi Mahasiswa Sejarah). Diswara kali ini dengan mengambil tema Teori-Teori Masuknya Islam di Nusantara, yang dipantik oleh Muna R. Hanifah―ketua HMJ SPI 2018/2019―mahasiswa yang menempuh semester 8 tahun ini, dan dimoderatori oleh M. Farid Alhabsy, seorang mahasiswa SPI semester 2 yang juga merupakan anggota Divisi Manajemen Sumber Daya Mahasiswa HMJ SPI 2021.


Diskusi ini dilaksanakan di Warkop Bagong, belakang kampus, dan disirakan secara langsung menggunakan media alternatif Instagram dan Google Meet. Meskipun demikian, setidaknya diskusi ini diikuti sekitar 8 peserta offline dan 16 peserta online. Diskusi yang semula dijadwalkan dalam pamflet pukul 8 pagi, mundur menjadi jam 9, karena kemoloran merupakan keniscayaan dan tak bisa dihindarkan.

Dalam perdiskusian ini Muna menerangkan masuknya Islam di Nusantara melalui kronologi. Ketika diklasifikasikan menurut tahunnya, ada dua teori. Pertama Islam masuk ke Nusantara pada abad pertama hijirah dan yang kedua Islam masuk ke Nusantara pada abad 13 M.

Dalam versi yang pertama dijelaskan bahwa pendapat tersebut didasarkan pada tiga teori. Yang pertama adanya orang-orang Arab yang datang di Nusantara. Hal ini berdasarkan catatan seorang Cina yang mengikuti pelayaran laksamana Cheng Ho. Dalam catatan ini tertulis bahwa pada sekitar tahun 600 M. di perairan Sumatera sudah ditemukan pemukiman orang-orang Arab yang sudah datang sejak tahun 674 M. tujuan mereka ke Nusantara adalah untuk menyerang Ratu Sima dari kerajaan Holing, tetapi mereka harus membatalkan enyerangan itu karena sudah ciut nyalinya.

Teori kedua yaitu orang-orang Persia. Pada abad yang sama juga ada orang-orang Persia di Nusantara. Karena di masa itu pergolakan politik di Persia yaitu menyingkirkan orang-orang Syiah. Jadi banyak dari mereka orang-orang Syiah yang melarikan diri hingga sampai ke Nusantara. Hal ini didukung dengan ditemukannya artefak-artefak yang disinyalir berasal dari Persia.

Teori ketiga yaitu teori Cina. Masih dalam catatan seorang Cina, jadi orang Cina itu sudah lam melakukan hubungan dagang dengan orang-orang di Nusantara. Pada abad 1 H. ini ternyata sudah ditemukan orang-orang Cina Muslim yang singgah di Nusantara. Perbedaannya, sasaran orang-orang Cina itu adalah ke kerajaannya. Berbeda dengan orang Arab atau Persia yang lebih berbaur dengan penduduk/rakyat. Contohnya adanya kerajaan-kerajaan yang bertukar hadiah dengan Cina, seperti piring, keramik, dsb.

Dalam versi kedua, Islam masuk pada abad ke 13 M. tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Snough Hurgronje dan beberapa orientalis. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Hurgronje mengatakan bahwa Islam masuk di Nusantara melalui orang-orang Gujarat. Tapi di sumber lain mengatakan bahwa yang mula-mula masuk adalah orang-orang Mongol. Tapi secara argumentasi itu sama-sama merujuk pada nisan Malik Al Saleh.

Kemudian dilanjut dengan Islam masuk ke tanah Jawa, yaitu berkisar antara abad ke 7-13 M. Islam masuk ke tanah Jawa dibawa oleh para pedagang dari Arab, India, Cina dan Persia. Fase kedatangan ini juga pada sekitar abad ke 10-11 M. di mana saat itu terjadi migrasi besar-besaran keluarga Persia ke Jawa. Argument ini sering dilandaskan untuk menjelaskan makam Fatimah binti Maimun yang dikatakan putri dari seorang saudagar kaya. Lebih tepatnya di wilayah Tuban, Gresik dan Surabaya.

Setelah fase kedatangan, lalu memasuki fase penyebaran, pada abad ke 13 M. oleh Walisongo. Peninggalan dari fase penyebaran ini adalah seperti tembang, serat, kesenian, dsb. Setelah fase penyebaran, barulah fase pelembagaan. Seperti halnya pondok pesantren, masjid, dll. bahkan dalam pendapat lain mengatakan, pada fase tersebut mulai ada pelembagaan kerajaan Islam.
~

Kemudian diskusi dilanjut dengan tanya jawab yang seru. Dan di akhir diskusi, Muna memberikan closing statement, “sejarah itu bukan mencari satu-satunya, tetapi tentang memaknai perbedaan.”

Sejarah itu bukan mencari satu-satunya, tetapi tentang memaknai perbedaan.

Muna R. Hanifah

Nb: Versi lengkap diskusi bisa disaksikan via Instagram TV @spi_iain_tulungagung