FTV (Forum Ta’aruf Virtual) Mahasiswa Baru Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Jum’at, 16 Oktober 2020, Himpunan Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam menggelar sebuah kegiatan Forum Taaruf Virtual (FTV) di laboratorium KPI yang ditampilkan via zoom, yang juga merupakan agenda pengenalan mengenai seluk beluk jurusan. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan sebelumnya―institut atau fakultas,―yang semula seringkali disebut Makrab (malam keakraban), karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan besar, maka kegiatan dialihkan dalam bentuk virtual yang kemudian disebut FTV.

Acara dimulai pukul 9.15 dengan dibuka oleh Jane Puja Lestari, mahasiswa semester 3, sebagai host dari acara. Perempuan yang akrab disapa Puja ini menjelaskan, bahwasanya tujuan daripada diadakannya FTV ini tidak lain adalah untuk mengakrabkan hubungan antara mahasiswa baru dengan lingkungan barunya dalam tingkat jurusan. Ringkasnya, ia juga mengatakan bilamana setelah acara FTV ini selesai, akan ada lomba menulis esai dengan mengangkat tema Tafsir Sejarah di Era 5.0, yang pastinya juga akan ada reward bagi tiga tulisan terbaik.

Materi pertama dalam rangkaian acara FTV ini adalah Pengenalan Jurusan atau Antropologi Jurusan. Materi ini diisi oleh Muhammad Faizun, M.Pd.I. selaku sekertaris jurusan SPI dan Nurul Baiti Rahmah, M.Hum. selaku dosen SPI, serta moderator oleh Panji Setyo Nugroho, mahasiswa SPI semester 5. Faizun menjelaskan seputar visi misi jurusan, yaitu terwujudnya program studi yang menghasilkan sarjana Sejarah Peradaban Islam yang berwawasan luas, kritis, transformative dan unggul dalam kajian budaya Islam Jawa pada tahun 2022. Ia juga mengarahkan mahasiswa Sejarah Peradaban Islam untuk menjadi peneliti muda ataupun sejarawan Islam Jawa.

Kemudian, Nurul Baiti menjelaskan terkait relasi daripada jurusan Sejarah Peradaban Islam dengan beberapa institusi, yaitu IAIN Surakarta, IAIN Jember, Universitas Negeri Surabaya, Universitas PGRI Banyuwangi, serta Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). Selain itu, jurusan Sejarah Peradaban Islam juga membangun relasi dengan para pakar dalam Seminar Nasionalnya, seperti Prof. Dr. Aminuddin Kasdi, M.S., Prof. Dr. Ali Mufrodi, MA., serta Dr. Wisnu. Kemudian ia juga menjelaskan mengenai kurikulum mata kuliah dari setingkat umum, fakultas, hingga jurusan.

Faizun juga menyelipkan tambahan mengenai dosen-dosen yang mengajar di tingkat jurusan Sejarah Peradaban Islam, yaitu Nurul Baiti Rohmah, M.Hum., Hendra Afiyanto, M.A., Rhomayda Alfa Aimmah, M.A., Arby Mulya Sirait, M.A. serta Muhammad Ainun Najib, S.Hum. M.Fil.I.

Dari sekian penjelasan dua pemateri tersebut, memancing para peserta untuk bertanya. Salah satunya yaitu pertanyaan tentang apakah jurusan Sejarah Peradaban Islam bisa menjadi seorang guru?Faizun menanggapi pertanyaan tersebut dengan menjelaskan bahwasanya dalam setiap disiplin keilmuan hampir semua dibagi menjadi dua, yaitu murni dan pendidikan. Ilmu murni yang dibahas tentang keilmuannya dan lebih dalam, sedang pendidikan lebih ke arah bagaimana cara mengajar ilmu tersbut. Jika kita mengambil studi ilmu murni dipoles dengan metode pembelajaran/penyampaian, maka dengan itu kita bisa menjadi guru. Sehingga dengan itu menyatakan bahwa jurusan Sejarah Peradaban Islam bisa menjadi guru.

Setelah sekiranya beberapa pertanyaan dilontarkan dan dijawab, maka diakhirilah materi pertama yang kemudian akan dilanjut materi kedua tentang relasi dengan pegiat sejarah lokal, Asta Gayatri.

Pada materi ini dipandu oleh Panji Setyo Nugroho sebagai moderator, dengan Agung, selaku pegiat sejarah Asta Gayatri Tulungagung. Asta Gayatri merupakan komunitasp pegiat sejarah di Tulungagung yang aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan kesejarahan.


Agung menerangkan bahwasanya berdirinya Asta Gayatri ini berwal dari beberapa orang yang dikumpulkan oleh hobi yang sama, yaitu pergi ke tempat-tempat bersejarah atau biasa disebut blusukan. Kemudian, dengan hal itu menjadikan dibutuhkannya sebuah wadah untuk berkumpul, berdiskusi, blusukan, dan mengkaji, sehingga dibentuklah Asta Gayatri.

Kata Asta Gayatri ini juga mempunyai arti tersendiri. Asta merupakan singkatan dari Among Sejarah Tulungagung, sedang Gayatri merupakan ikon peninggalan sejarah di Tulungagung. Secara filosofis Agung juga menjelaskan bahwa kata asta berarti tangan, sehingga Asta Gayatri berarti tangan Gayatri. Tangan Gayatri digambarkan dalam posisi mudra, atau seperti memutar sesuatu.

Adanya komunitas Asta Gayatri ini bertujuan untuk menjaga dan belajar tentang sejarah di Tulungagung, karena menurut Agung, sejarah adalah jati diri kita. Secara umum ada dua kegiiatan yang dilakukan oleh Asta Gayatri yaitu pembelajaran aksara kuno yang dinamakan Kawuhukan tumunggal i kita atau yang biasa disebut Kamukta. Kegiatan ini dilakukan karena para pegiat yang sering dihadapkan dengan situs-situs yang ber-relief-kan angka dan huruf-huruf. Kemudian keguatan yang kedua merupakan mengunjungi situs-situs atau blusukan itu sendiri dan mengkaji situs-situs yang disebut mahas i purwadrsta.

Penjelasan singkat dari Agung selaku pegiat Asta gayatri menimbulkan beberapa pertnayaan dari peserta FTV, salah satunya yaitu apakah blususkan yang dilakukan komunitas Asta Gayatri ini hanya pada lingkup Jawa Timur? Agung menjawab bahwasanya untuk sementara ini, blusukan hanya dilakukan di wilayah Tulungagung saja. Karena banyak situs-situs di Tulungagung yangmasih perlu dikaji secara intensif.

Namun, tampaknya antusiasme tidak hanya ada pada peserta FTV, melainkan juga dari dosen Sejarah Peradaban Islam, yaitu Rhomayda. Ia meminta rekomendasi situs bersejarah mana yang patut dikunjungi baginya selaku pendatang dari luar daerah.

Agung merekomendasikan beberapa situs bersejarah. Dalam hal kaitannya dengan relief ia menyarankan candi Mirigambar, Goa Selomangleng dan Goa Pasir. Dalam hal inskrpsi ia menyarankan di daerah Mboso, Karangrejo, berupa tulisan angka kuadrat. Dan dalam kaitannya dengan prasasti, ia menyarankan prasasti Panjer, Kawahan dan Tapan.

Karena waktunya sudah tinggal sedikit dan semua pertanyaan sudah dijawab oleh Agung dari Asta Gayatri, maka disudahilah materi kedua tersebut dan disusul materi ketiga tentang back to history.

Materi ketiga adalah materi tematik, yang pada sesi ini diisi oleh mahasiswa Sejarah Peradaban Islam semseter 5, Ahmad Fahrur Rozi dan moderator dari mahasiswa Sejarah Peradaban Islam semseter 3 , Aisyah Maulida. materi tematik ini adalah penjelasan lebih dalam mengenai tema dari pada FTV kali ini.

Menurut Ozi, back to history merupakan suatu gerakan training imajinatif manusia terhadap sejarah. ketika kita membaca buku sejarah pastinya kita akan berimajinasi tentang sebuah peristiwa sebuah moral sebuah kejadian di masa lalu melalui teks-teks yang kita baca, karena Hal itu merupakan sebuah paten dan kodrati dari diri manusia itu sendiri.

Bilamana kita melihat kemodernan yang ada pada saat ini, itu semua tak bisa lepas dari masa lalu. Peradaban Eropa yang luar biasa pada abad pertengahan adalah sebagai penggagas dan pemancing dari awal kemodernan umat manusia pada saat ini. Berawal dari seorang pemikir yang menolak terhadap dogma-dogma gereja, mebjadikan munculnya sebuah gerakan Renaissance, yang mengantarkan peradaban Eropa pada zaman kejayaannya. Meski peristiwa itu terjadi di masa lalu, namun imbasnya masih kita nikmati pada zaman sekarang, yaitu kemodernan.

Kita, sebagai orang yang hidup di zaman sekarang, sudah seyogyanya untuk melakukan sebuah refleksi dan menggalakkan kembali akan penting dan manfaat daripada sejarah, yang kemudian kita benturkan dengan realitas-realitas kehidupan kita. Pasalnya dalam sejarah banyak pelajaran yang bisa kita ambil, seperti pendidikan moral, dll.

Selanjutnya, guna untuk melakukan refleksi terhadap sejarah, maka cara yang dilakukan adalah dengan mulai membaca. Membaca buku-buku kesejarahan tentunya. Selain itu juga diimbangi dengan membangun rasa terhadap sejarah. Sehingga seakan-akan, sejarah seperti asupan wajib bagi diri. Maka dengan cara itu, akan memudahkan diri dalam melakukan refleksi terhadap sejarah.

Kemudian pada akhir diskusi, Ozi juga mengutip pernyataan dari seorang tokoh, Adolf Hitler, sebagai closing statement daripada diskusi, bahwasanya “orang yang tidak memiliki rasa sejarah adalah seperti orang yang tidak memiliki trlinga atau mata.” Dan diskusi meteri tematik ditutup, kemudian dilanjut pada materi keempat.

Pada materi keempat ini membahas tentang pengenalan HMJ Sejarah Peradaban Islam. Diskusi diisi oleh Ahmad Raziq Nazmi selaku ketua himpunan mahasiswa dan Ibnu Cahyo selaku wakil ketua himpunan mahasiswa.Diskusi diawali dengan pemutaran video perkenalan para anggota HMJ. Kemudian, para pengisi diskusi ini melakukan tanya jawab seputar ke-HMJ-an. Nazmi menjelaskan, HMJ adalah organisasi intra di tingkat jurusan yang prinsip dasarnya adalah dari, oleh dan untuk mahasiswa.Kemudian Ibnu bertanya kepada Nazmi tentang fungsi dari HMJ itu sendiri. Fungsi HMJ yaitu sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan keilmuan, pengkajian dan potensi, yang tujuannya juga untuk pengembangan dari mahasiswa.

Terkait kegiatan, Nazmi mengatakan bahwa cakupan kegiatan hanya pada tingkat jurusan saja, seperti dalam hal membangun potensi dan referensi. Dalam kepengurusan HMJ, teridi dari ketua, wakil ketua, sekertaris I dan II, bendahara I dan II, serta ketua divisi. Divisi sendiri dibagi menjadi tiga divisi, yaitu divisi Relasi Informasi dan Komunikasi (Reforkasi), IKM (Inventaris dan Kekeluargaan Mahasiswa) dan Manajemen Sumber Daya Mahasiswa.Setelah penjelasan dari ketua dan wakil ketua selesai, ditutuplah diskusi tersebut. Dan kemudian host, selaku pemandu acara dari awal hingga akhir mengambil alih forum. Lanjutnya, host mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih terhadap pihak terkait, yang dengan itu juga menandakan agenda FTV 2020 bertema Back To History itu berakhir. Viva Historia, Salam Peradaban

HMJ SPI 16-10-2020