Formad : Renaissance “Pengaruh Pemikiran Islam bagi Kemajuan Peradaban Eropa”

Jumat, 28 Februari 2020, agenda diskusi Formad diadakan untuk kedua kalinya. Agenda Formad kali ini berbeda dari yang sebelumnya, baik di kepengurusan ini maupun di kepengurusan sebelumnya, karena Formad kali ini diadakan di laboratorium jurusan SPI yang bertempat di gedung perpustakaan lama lantai 2. Formad ini dimoderatori oleh Ozi mahasiswa SPI semester 4 dan pemantik dari Anma mahasiswa SPI dari semester 6. Kali ini Formad mengusung tema mengusung tema Renaissance : Pengaruh Pemikiran Islam bagi Kemajuan Peradaban Eropa.

Banyak sekali sumbangan pemikiran Islam yang dikover oleh barat. Namun, barat sendiri tidak mengakui bahwa kemajuan dari bangsanya dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Islam. Bila tarik pada masa peradaban Islam, tepatnya pada masa dinasti Abbasiyah, keilmuan berkembang pesat saat itu dengan didirikannya perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas seperti di Kufah dan Basrah. Di universitas-universitas tersebut melahirkan para ilmuwan dan filsuf yang sangat hebat. Begitu juga di Andalusia, tepatnya di Cordova, di sana peradaban Islam sangat maju dan juga didirikan universitas yang tak sedikit orang barat yang belajar di sana pula.

Sumbangan seperti Ibnu Rusyd (Averous), yang dipercaya sebagai Aristoteles II, ia diyakini sebagai rujukan rujukan dari skolastik Kristen. Skolastik yaaitu sebuah pemikiran yang berbeda dengan pemikiran filsafat pada umumnya. Skolastik percaya kepada keimanan dahulu, baru mencari rasionalnya.

Selain itu juga ada sumbangan besar dari ilmuwan Islam Alkhawarizmi. Alkhawarizmi dikenal dengan pemikiran matematikanya yaitu Al Jabar. Kemudian oleh barat dikembangkan lagi. Namun, barat tidak mengakui Alkhawarizmi, melainkan yang diagungkan adalah John Naipe dan Simon Stevin. Padahal peranan ilmuwan Islam banyak sekali dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Selain itu, ada juga kerajaan Islam di Sisilia. Kemudian kerajaan itu runtuh dan digantikan oleh kerajaan Kristen yang raja pertamanya yaitu Roger. Sisi baik dari Roger ini, ia tidak membabad habis Islam, bahkan toleransi sangat dijunjung tinggi di sana. Para filsuf dan ilmuwan Islam tetap dipertahankan, yang artinya kerajaan tersebut menjunjung tinggi ilmu pengetahuan di sana. Bahkan, karya-karya Ibnu Sina diterjemahkan pada saat itu

Selanjutnya pada masa Roger II, juga dikembangkan ilmu pengetahuan dengan didirikannya universitas yang disebut universitas Naples, yang banyak sekali melahirkan ilmuwan-ilmuwan. Di universitas tersebut yang dipelajari tidak lain adalah dari pemikiran-pemikiran Islam. Bahkan Roger II sendiri memakai pakaian layaknya orang Islam, karena percaya bahwa pusat keilmuan berasal dari Islam.

Kemudian pada saat peradaban Islam runtuh, barat mulai mengalami Renaissance. Renaissance berasal dari bahasa latin yang berarti lahir kembali. Lahir kembali di sini dimaksudkan bahwa dulunya pada masa sebelum Islam, ilmu pengetahuan yang menguasai adalah Yunani dan Romawi Timur. Romawi Timur sendiri runtuh karena gempuran dari pasukan Islam.

Faktor penyebab Renaissance yaitu bangkitnya sebuah pemikiran humanisme sekuleris yang menggambarkan berpikirnya manusia dari yang sebelumnya teosentris menjadi antroposentris. Pasca Renaissance, muncullah tokoh filsafat yang bernama Rene Descartes yang merupakan pencetus rasionalisme. Descartes meyakini bahwa barat bangkit dengan pemikiran dari manusia, bukan dari Tuhan. Sebelum Renaissance, segala pemikiran dipercayai berasal dari Tuhan.

Serunya diskusi membuat para peserta berpikir dan muncul pertanyaan. Salah satunya pertanyaan tentang kenapa para orientalis tidak goyah imannya ketika mempelajari pemikiran-pemikiran Islam? Pertanyaan tersebut menambah serunya diskusi dan mungkin peserta yang lain juga berpikir demikian. Akhirnya pemantik menjawab pertanyaan, bahwa para orientalis mempelajari Islam bukan karena ingin masuk Islam, melainkan ingin menguasai keilmuan-keilmuan islam yang pada saat itu mengalami kemajuan. Salah satu peserta juga menambahkan jawaban terkait pertanyaan tersebut, bahwa pada waktu itu ilmu-ilmu yang diproduksi oleh Islam bukan lagi ilmu-ilmu tentang ketuhanan, melainkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alam semesta. Jadi itulah mengapa orientalis tidak goyah imannya ketika mempelajari pemikiran-pemikiran Islam.

Tak terasa waktu sudah menjelang khutbah Jum’at, yang pertanda dicukupkanlah diskusi kali ini. Meskipun durasi diskusi tidak lama, tapi paling tidak sudah menambah pengetahuan dan wawasan, baik dari peserta, moderator maupun pemateri. Dan ditutuplah diskusi ini dengan sebuah closing statement dari moderator, bahwa bangsa barat tanpa timur mungkin tidak sampai seperti saat ini dan begitu juga sebaliknya. [srjl]