Formad : Mengurai Polemik SUPERSEMAR

FORMAD kali ini masih berada pada waktu dan tempat yang sama, dalam suasana yang berbeda tentunya. Diskusi dibuka sebentar oleh ketua HMJ yang kemudian mempersilahkan pemantik untuk menempati kursi kekuasaannya dalam forum kali ini. Pemantik berasal dari jurusan SPI kelas 2A yang saat ini menjabat sebagai pengurus HMJ SPI bagian departemen Management Sumber Daya Mahasiswa. Pemantik juga cukup aktif dalam kegiatan tulis menulis dan sedang tertarik pada dunia Tasawuf-Filsafat.

Bernama lengkap yaitu Ibnu Cahyo, yang biasa dipanggil Ibnu. Diskusi kali ini diikuti oleh 30 mahasiswa. Forum berjalan cukup lancar dan beberapa kali sempat terjeda, karena kurangnya perspektif yang diangkat. Maka untuk FORMAD selanjutnya, diharapkan peserta FORMAD lebih meningkatkan bacaannya terkait tema, agar forum semakin kaya dengan sumber dan perspektif.

Kalender telah memasuki bulan Maret. Sebagai mahasiswa sejarah yang nasionalis, bagian perencanaan Formad kali ini mengusung tema peristiwa bersejarah dan tetap aktual yang terjadi pada bulan ini. peristiwa itu sering disebut SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret). Surat ini penting sebab menjadi tonggak perubahan arah perjalanan politik Indonesia.

Surat Perintah Sebelas maret ini memang diterbitkan tepat pada tanggal 11 Maret tahun 1966 lalu. Isi surat ini digadang-gadang merupakan perintah Soekarno kepada menteri panglima Soeharto (yang pada masa itu menjabat sebagai pimpinan Pasukan Angkatan Darat) untuk menerima mandat mengamankan negara. Hal ini perlu dilakukan sebab terjadi berbagai kerusuhan pada hari itu.

Sampai hari ini, isi surat ini masih menuai samar, begitu pula dengan bagaimana surat ini ditandatangani oleh Soekarno. Satu pendapat mengatakan bahwa surat ini resmi ditulis dan ditandatangani oleh Soekarno, kemudian diberikan kepada Soeharto melalui tiga orang Jendral.

Pendapat kedua yang dirasa oleh forum lebih kuat yaitu, bahwa surat keputusan ini diketik oleh Soeharto oleh karena diktum yang digunakan merupakan diktum militer. Selanjutnya, surat ini diantarkan oleh tiga jendral menuju Bogor, tempat Soekarno diamankan untuk ditandatangani. Beberapa audiens mengatakan bahwa penandatanganan Soekarno berada dibawah todongan senjata dan ada yang berpendapat sukarela, sebab isi surat hanyalah mengenai keamanan negara.

Terlepas dari bagaimana surat itu dilegitimasi, yang terjadi selanjutnya adalah tindakan-tindakan Soeharto yang melebihi porsinya. Tindakan-tindakan yang diambil yaitu membubarkan PKI, menahan 15 menteri Soekarno, membentuk Majelis Perwakilan Rakyat Sementara, dan menjadikan SUPERSEMAR sebagai TAP MPR.

Tindakan-tindakan Soeharto ini membuat Soekarno geram. Pasalnya, ini jelas merupakan penyalahgunaan wewenang. Hanya presiden yang memiliki hak untuk membubarkan partai politik, dan penetapan SUPERSEMAR sebagai TAP MPR berdampak pada pembuat kebijakan tidak dapat mencabut mandat itu kembali.

Beberapa peserta forum sepakat bahwa rangkaian peristiwa yang dimulai dari terbitnya SUPERSEMAR merupakan kudeta merangkak. Kalau kita tengok kembali, tidak ada prosedur yang memperbolehkan seorang menteri menyodorkan sebuah surat keputusan kepada presiden. Hal ini tidak diperkenankan. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besarnya adalah semua ini hanya settingan dan perencanaan yang terstruktur. Bagaimanapun, semua masih sebatas rasionalisasi dari berbagai interpretasi, sebab sampai hari ini, surat otentik dari SUPERSEMAR belum juga ditemukan. Arsip Nasional hanya memiliki salinannya.

Salah satu peserta forum mempertanyakan mengenai apakah mungkin ada keterkaitan antara polemik SUPERSEMAR dengan CIA yang beberapa pendapat mengatakan berada di balik Soeharto? Beberapa peserta mengatakan iya dan beberapa masih ragu

Hal ini dikarenakan CIA merupakan kelompok yang tidak menyukai Soekarno. Ini disebabkan Soekarno yang enggan berurusan dengan CIA maupun kelompok-kelompok barat lainnya. Maka dengan itu, CIA menyasar Pasukan Angkatan darat untuk dapat menembus dinding pertahanan Indonesia. Tujuan CIA membidik Indonesia tidak lain adalah mengeruk kekayaan sumber daya alamnya yang kaya raya, sedangkan Soekarno anti dengan modal asing.

Kalau kita lihat, perbedaan signifikan antara pemerintahan Soekarno dengan Soeharto adalah Soekarno anti dengan modal asing dan kapitalisme, sedangkan setelah Soeharto naik kursi kepresidenan, perusahaan-perusahaan asing langsung merebak masuk ke Indonesia. Maka berdasarkan hal ini, kemungkinan dari ikut andilnya CIA dalam pergantian kepemimpinan ini, sementara dapat diterima.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.30. formad bersiap untuk diakhiri, sebab 10 menit sebelum jam 12,00 akan digunakan untuk evaluasi demi Formad yang lebih baik selanjutnya. Selain itu, pada Formad kali ini, pak kajur akan memberikan sambutan dan pemberitahuan-pemberitahuan.

Berdiskusi mengenai SUPER-SEMAR dalam ruang dan literatur yang terbatas memang tidak akan menghasilkan kebenaran pasti yang kini masih tersingkap. Namun yang terpenting saat ini adalah, kita sebagai mahasiswa sejarah dapat mengetahui fakta sebanyak banyaknya yang berada berputar mengelilingi SUPERSERMAR, mengetahui duduk perkara dan segala polemiknya dari berbagai sumber, bukan hanya mendengar bahwa ‘SUPERSEMAR adalah penipuan’ atau ‘SUPERSEMAR adalah penyelewengan’ dan sebagainya.

Sekian berita acara formad kali ini. tentu masih banyak keluputan dari hasil diskusi kita kali ini, semoga wawasan-wawasan yang kita bagi hari ini, dapat bermanfaat dan menambah keakraban dan kekeluargaan kita.

Salam peradaban! Viva historia…

HMJ SPI IAIN Tulungagung 15-03-2019